Celana Khitan
Mengenal 7 Metode Khitan
Bismillah,
Sirkumsisi (circumcision/khitan) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah “sunat” atau “supit”, merupakan tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Orang-orang Yahudi dan Nasrani-pun sekarang juga banyak yang menjalaninya karena terbukti memberikan manfaat terhadap banyak masalah kesehatan.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa khitan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker. Penelitian lanjutan tentu akan semakin membuka mata lebar-lebar para praktisi kesehatan bahwa khitan juga sangat bermanfaat bagi kaum hawa.
“Dua penelitian terakhir malah berhenti lebih awal, karena menunjukkan keefektifan yang tinggi tentang khitan dibanding kelompok kontrol yang menolak dikhitan,” jelas peneliti dari Universitas Illinois, Amerika Serikat, Richard Bailey, dalam Konferensi Masyarakat AIDS Internasional di Sydney, Australia.
Tidaklah mungkin dan mustahil jika Allah Ta’ala dan Rosul-Nya telah menuntunkan suatu syariat “Khitan” akan membahayakan bagi ummatnya. Justeru yang ada adalah hikmah dan faedah yang amat besar yang akan terungkap baik dalam waktu cepat atau lambat.
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, metode khitan pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan banyak peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan khitan, sehingga khitan menjadi proses yang lebih aman dan lebih tidak menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan khitan sehingga proses khitan menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Cara seorang dokter dalam melakukan khitan sangat tergantung pada alat, kemampuan dokter dan keterampilan yang dimilikinya. Dalam standar kompetensi dokter 2006 telah dinyatakan bahwa khitan merupakan kompetensi level 4 dimana seorang dokter harus mampu melakukan khitan secara mandiri dan merawat luka khitan sampai sembuh.
Berikut ini adalah penjelasan berbagai macam metode Khitan :
Pertama : METODE KLASIK & DORSUMSISI
Metode klasik sudah banyak ditinggalkan tetapi masih bisa kita temui di daerah pedalaman. Alat yang digunakan adalah sebilah bambu tajam/pisau/silet. Para bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut tanpa pembiusan. Bekas luka tidak dijahit dan langsung dibungkus dengan kassa/verban sehingga metode ini paling cepat dibandingkan metode yang lain. Cara ini mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan benar dan steril.
Metode Klasik kemudian disempurnakan dengan metode Dorsumsisi, Khitan metode ini sudah menggunakan peralatan medis standar dan merupakan khitan klasik yang masih banyak dipakai sampai saat ini. Di Sunda dikenal dengan sebutan sopak lodong, umumnya bekas luka tidak dijahit walaupun beberapa ahli sunat sudah memodifikasi dengan melakukan pembiusan lokal dan jahitan.
Kelebihannya peralatan yang digunakan lebih murah dan sederhana, proses memakan waktu cukup singkat, sudah banyak dikenal masyarakat biaya relatif lebih murah serta bisa digunakan untuk bayi/anak dibawah 3 tahun dimana pembuluh darahnya masih kecil. Kekurangannya risiko kepala (glan) terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama jika sayatan dibawah klem koher, mukosa kadang lebih panjang sehingga membutuhkan pemotongan ulang, bisa terjadi nekrosis jika jepitan koher terlalu lama, risiko perdarahan tinggi apabila tanpa dilakukan penjahitan. operasi.
Kedua : METODE STANDAR SIRKUMSISI KONVENSIONAL
Merupakan metode yang paling banyak digunakan hingga saat ini, cara ini merupakan penyempurnaan dari metode dorsumsisi dan merupakan metode standar yang digunakan oleh banyak tenaga dokter maupun mantra (perawat). Alat yang digunakan semuanya sesuai dengan standar medis dan membutuhkan keahlian khusus untuk melakukan metode ini. ( Baca : Cara Khitan Metode Standar).
Kelebihannya peralatannya sudah sesuai standar medis, menggunakan pembiusan local dan benang yang jadi daging, risiko infeksi kecil dan risiko perdarahan tidak ada. Metode ini cocok untuk semua kelompok umur, biayanya cukup terjangkau serta pilihan utama untuk pasien dengan kelainan fimosis. Kekurangannya membutuhkan keahlian khusus dari pengkhitan dan proses waktunya antara 15-20 menit.
Ketiga : METODE LONCENG
Pada metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng, akibatnya peredaran darahnya tersumbat yang mengakibatkan ujung kulit ini tidak mendapatkan suplai darah, lalu menjadi nekrotik, mati dan nantinya terlepas sendiri. Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.
Keempat : METODE KLAMP
Metode Klamp .,ini memilik banyak variasi alat dan nama walaupun perinsipnya sama, yakni kulup (preputium) dijepit dengan suatu alat (umumnya sekali pakai) kemudian dipotong dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan penjahitan. Diantaranya adalah : Gomco, Ismail Clamp, Q-Tan, Sunathrone Clamp, Ali’s Clamp, Tara Clamp dan Smart Clamp. Di Indonesia sendiri yang paling banyak berkembang adalah Metode cincin (Tara Clamp) dan Smart Clamp.
Metode Cincin (Tara Clamp)
Dr. T. Gurcharan Singh adalah penemu Tara klamp pada tahun 1990 berupa alat yang terbuat dari plastik dan untuk sekali pakai. Di Indonesia Metode Cincin dicetuskan oleh oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan sudah dipatenkan sejak tahun 2001.
Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5 menit. Kelebihan metoda ini adalah: – Mudah dan aman dalam penggunaan, tidak memerlukan penjahitan dan perban,tidak mengganggu aktivitas sehari-hari pasien,perdarahan minimal bahkan bisa tidak berdarah,tidak sakit setelah khitan, tanpa perawatan pasca khitan dan langsung pakai celana dalam dan celana panjang.
Metode Smart Clamp
Smart klamp merupakan metode dan teknik sunatan yang diperkenalkan sejak tahun 2001 di Jerman dan penemunya adalah dr. Harrie van Baars. Alat smart klamp terdiri atas beberapa ukuran, mulai dari nomor 10, 13, 16, dan 21. Untuk bayi, alat yang dipakai nomor 10, sedangkan orang dewasa nomor 21. Alat ini terbuat dari dua jenis bahan kunci klamp, yakni nilon dan polikarbonat yang dikemas steril dan sekali pakai. Tentu saja lebih aman dan bebas dari penularan penyakit dan infeksi. Smart klamp memberikan perlindungan luka dengan sistem tertutup. Luka sayatan terkunci rapat, tidak memungkinkan masuknya kuman atau mikroorganisme pengganggu.
Pada metode ini pasien akan diukur glandpenis-nya, ukuran 0-meter. Setelah diberi anestesi lokal, secara hati-hati preputium dibersihkan dan dibebaskan dari perlengketan dengan gland penis. Batas kulit preputium yang akan dibuang ditandai dengan spidol. Tabung smart klamp dimasukkan ke dalam preputium hingga batas corona gland penis. Lalu, klamp pengunci dimasukkan sesuai arah tabung dan diputar 90 derajat, hingga posisi smart klamp siap terkunci.
Setelah posisi kulit yang akan dibuang dipastikan sesuai rencana, juga agar posisi saluran kencing tidak terhalang tabung. Berikutnya, adalah mengunci klamp hingga terdengar bunyi “klik”. Sisi distal preputium dibuang menggunakan pisau bisturi. Kemudian luka dibersihkan dengan obat antiinfeksi dan dibungkus kasa steril. Hingga proses itu, sunat ala smart klamp selesai.Setelah lima hari, smart klamp dilepas dokter atau perawat dengan teknik yang sangat mudah.
JENIS CLAMP
Gomco : Klamp ini dibuat pertama kali pada tahun 1934 oleh Hiram S. Yellen, M.D. dan Aaron Goldstein. Alat ini terdiri dari bel logam dan plat datar dengan lubang di dalamnya untuk menempatkan keduanya dalam posisi yang sesuai. Terdapat sebuah sekrup berbentuk lingkaran yang berfungsi memberikan tekanan.
Ismail Clamp : Ismail Klamp ditemukan oleh Dr Ismail Md Salleh. Alat ini sebenarnya hampir menyerupai alat klamp lainnya, hanya saja alat ini memiliki mekanisme penguncian dengan sistem sekrup, sehingga pemasangan dam pelepasan alat ini sangat mudah tanpa harus merusak alat ini. Saat ini baru tersedia 2 ukuran untuk anak-anak.
Q-Tan : Alat ini menyerupai Ismail Clamp hanya saja sistem sekrupnya terkunci mati (irreversible locking system) sehingga alat ini tidak mungkin di daur ulang kembali karena pembukaan alat ini harus dengan dipotong. Alat ini belum diproduksi secara massal dan masih merupakan prototype. Saat ini masih diadakan riset yang mendalam sehingga alat ini layak untuk digunakan secara luas.
Sunathrone Clamp : Sunathrone adalah metode sunat dengan kaedah terkini yang ditemukan oleh Dr Mohammad Tasron Surat, dokter kelahiran Malaysia. Keistimewaan Sunathrone ini adalah kerana praktis dan proses penyembuhannya lebih cepat. Alat khitan sekali pakai ini akan tertanggal sendiri, serta tidak memerlukan perawatan khusus. Setelah khitan dapat langsung memakai celana dan beraktifitas tanpa rasa sakit.
Ali’s Clamp : Alat ini mirip dengan Smart Klamp, hanya saja tabung klem-nya didesain miring dengan pertimbangan agar mengikuti kontur glans penis.
Metode Kelima : METODE “LASER” ELEKTROKAUTERY
Metode ini sedang booming dan marak di masyarakat dan lebih dikenal dengan sebutan “Khitan Laser”. Penamaan ini sesunnguhnya kurang tepat karena alat yang digunakan samasekali tidak menggunakan Laser akan tetapi menggunakan “elemen” yang dipanaskan.
Alatnya berbentuk seperti pistol dengan dua buah lempeng kawat di ujungnya yang saling berhubungan. Jika dialiri listrik, ujung logam akan panas dan memerah. Elemen yang memerah tersebut digunakan untuk memotong kulup.
Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah menghentikan perdarahan yang ringan serta cocok untuk anak dibawah usia 3 tahun dimana pembuluh darahnya kecil. Kekurangannya adalah menimbulkan bau yang menyengat seperti “sate” serta dapat menyebabkan luka bakar, metode ini membutuhkan energi listrik (PLN) sebagai sumber daya dimana jika ada kebocoran (kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan listrik yang berisiko bagi pasien maupun operator.
Untuk proses penyembuhan, dibandingkan dengan cara konvensional itu sifatnya relatif karena tergantung dari sterilisasi alat yang dipakai, proses pengerjaanya dan kebersihan individu yang disunat.
Keenam : METODE FLASHCUTTER
Metode ini merupakan pengembangan dari metode elektrokautery. Bedanya terletak pada pisaunya yang terbuat dari logam yang lurus (kencang) dan tajam. Flashcutter langsung dapat hidup (tanpa PLN) karena didalamnya sudah terdapat energi dari rechargeable battery buatan Matshusita Jepang.
Flashcutter pertamakali diluncurkan di Indonesaia tahun 2006 oleh Uniceff Corporation. Cara pemotongan pada khitan sama seperti mempergunakan pisau bedah (digesek, diiris). Dalam hitungan detik preputium terpotong dengan sempurna, (tanpa pendarahan, dan dengan luka bakar sangat minimal).
Ketujuh : METODE LASER CO2
Istilah yang lebih tepat untuk “Khitan Laser” yang sesungguhnya adalah dengan metode ini. Fasilitas Laser CO2 sudah tersedia di Indonesia. Salah satunya, di Jakarta. Laser yang digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan. Berikut tahapan sunat dengan laser tersebut:
Setelah disuntik kebal (anaestesi lokal), preputium ditarik, dan dijepit dengan klem. Laser CO2 digunakan untuk memotong kulit yang berlebih.Setelah klem dilepas,kulit telah terpotong dan tersambung dengan baik, tanpa setetes darahpun keluar. Walaupun demikian kulit harus tetap dijahit supaya penyembuhan sempurna. Dalam waktu 10-15 menit, sunat selesai.
Cara sirkumsisi seperti ini cocok untuk anak pra-pubertal, kelebihannya operasi cepat, perdarahan tidak ada/ sangat sedikit, penyembuhan cepat, rasa sakit setelah terapi minimal, aman dan hasil secara estetik lebih baik.. dan prosedur ini cocok untuk sunat yang dilakukan pada umur agak dewasa karena rasa sakit, yang ditimbulkan oleh sunat cara operasi untuk orang sudah cukup berumur lebih parah daripada jika dilakukan pada usia muda dan lukanya pun agak lama sembuhnya. Kelemahan dari cara laser adalah masalah harga yang relatif mahal dan hanya ada di Rumah Sakit besar.
Apapun metode yang anda pilih tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun demikian ada sedikit Tips dari saya bagi anda untuk memilih metode khitan :
Sunat lebih nyaman dengan Smart Klamp
Sunat atau khitan pada laki-laki merupakan proses membuang kulit kulup yang terletak pada ujung kepala penis (gland penis). Tujuan utama dari sunat sendiri adalah untuk membersihkan diri dari kotoran serta penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis.
Bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, sunat merupakan kewajiban bagi setiap laki-laki khususnya kaum muslim. Salah satu metode yang masih banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya adalah sunat konvensional, di mana proses pemotongan kulit kulup dilakukan secara manual dan memakan waktu 30-45 menit.
Namun cara ini cenderung tidak praktis dan memakan waktu yang cukup lama. Dengan adanya inovasi baru bernama smart klamp, pelaksanaan sunat terutama pada pasein anak-anak menjadi sangat praktis dan mudah. Kelebihan lainnya, pasien tak perlu lagi membutuhkan waktu berlama-lama untuk beraktivitas pasca melakukan sunat.
Menurut Medical Manager Rumah Sunatan Tony Yurizal, smart klamp adalah alat khitan sekali pakai (disposable) berteknologi tinggi, yang didesain untuk menghasilkan khitanan yang lebih aman, cepat, dan nyaman. "Jadi klamp itu menggantikan fungsi jahitan dan perban. Waktu pengerjaannya cuma 10 menit," ujar Tony Yurizal, Selasa, (3/4/2011) di Jakarta.
Bahkan menurut Tony, dengan menggunakan alat tersebut, tidak akan ada darah yang menetes keluar. Smart klamp memang bukan suatu alat yang baru khususnya di bidang sirkumsisi (khitanan). Namun, untuk di Indonesia metode ini masih terbilang jarang.
"Tidak semua rumah sakit memakai alat ini, selain itu perlu keahlian dalam penggunaannya," ujar Tony.
Alat ini sendiri terdiri dari berbagai ukuran, karena itu sangat cocok dilakukan pada bayi, anak-anak maupun orang dewasa. "Biasanya dari ukuran 10 mm yang untuk bayi, sampai 25 mm untuk ukuran anak yang sudah agak besar," jelasnya.
Khusus untuk orang dewasa, Tony mengungkapkan, tidak semua pasien dewasa dapat menggunakan alat ini. Hal tersebut berkaitan erat dengan kulit kulup orang dewasa yang cenderung lebih tebal dan faktor ereksi yang lebih tebal.
"Bukannya tidak bisa, tetap bisa. Cuma pada kondisi tertentu, seperti yang kulitnya tebal tidak kita sarankan untuk memakai smart klamp," terangnya.
Tony mengakui, untuk menggunakan metode ini memang diperlukan pengeluaran yang lebih besar dibandingkan yang lainnya. "Kalau harga smart klamp memang agak lebih tinggi, yaitu Rp 950 ribu ," pungkasnya
Dari sisi keamanan, alat ini mampu mencegah terjadinya cedera pada saat proses sunat. Selain itu, metode ini juga menghindari terjadinya infeksi HIV/AIDS dan hepatitis. Bentuknya yang ergonomis dan ringan membuat alat ini sama sekali tidak akan membuat aktivitas pasien terganggu.
Sumber: Kompas
Circumsision
How do I decide about circumcision?
Deciding whether to have your newborn son circumcised may be difficult. You will need to consider both the benefits and the risks of circumcision. Other factors, such as your culture, religion and personal preference, will also affect your decision.
The information about circumcision in this handout may help you make your decision. After you have read the handout, talk with your son's doctor about any concerns you have. The decision about whether to have your son circumcised should be made before your baby is born.
What is circumcision?
During a circumcision, the foreskin, which is the skin that covers the tip of the penis, is removed. Circumcision is usually performed on the first or second day after birth. It becomes more complicated and riskier in infants older than 2 months and in boys and men. The procedure takes only about 5 to 10 minutes. A local anesthetic (numbing medicine) can be given to your baby to lessen the pain from the procedure.
Are there any benefits from circumcision?
Studies about the benefits of circumcision have provided conflicting results. Some studies show certain benefits, while other studies do not. The American Academy of Pediatrics (AAP) says the benefits of circumcision are not significant enough to recommend circumcision as a routine procedure and that circumcision is not medically necessary. The American Academy of Family Physicians believes parents should discuss with their son's doctor the potential benefits and the risks involved when making their decision.
Circumcision does offer some benefit in preventing urinary tract infections in infants. Circumcision also offers some benefit in preventing penile cancer in adult men. However, this disease is very rare in all men, whether or not they have been circumcised. Circumcision may reduce the risk of sexually transmitted diseases. A man's sexual practices (e.g., if he uses condoms, if he has more than one partner, etc.) has more to do with STI (sexually transmitted infection) prevention than whether or not he is circumcised.
Study results are mixed about whether circumcision may help reduce the risk of cervical cancer in female sex partners, and whether it helps prevent certain problems with the penis, such as infections and unwanted swelling. Some studies show that keeping the penis clean can help prevent these problems just as well as circumcision. Infections and unwanted swelling are not serious and can usually be easily treated if they do occur.
What are the risks of circumcision?
Like any surgical procedure, circumcision has some risks. However, the rate of problems after circumcision is low. Bleeding and infection in the circumcised area are the most common problems. Sometimes the skin of the newly exposed glans becomes irritated by the pressure of diapers and ammonia in the urine. The irritation is usually treated with petroleum ointment (Vaseline) put directly on the area. This problem will usually lessen after a few days.
How do I care for my baby's penis after a circumcision?
Gently clean the area with water every day and whenever the diaper area becomes soiled. Some swelling of the penis is normal after a circumcision. A clear crust will probably form over the area. It normally takes 7 to 10 days for the penis to heal after a circumcision.
After the circumcision, you may notice a small amount of blood on the baby's diaper. If the bloodstain is larger than the size of a quarter, call your doctor right away. In addition, you should call your doctor if a Plastibell device was used during the circumcision and the device doesn't fall off within 10 to 12 days. If there is a bandage on the penis instead of a Plastibell, the bandage should be changed each time you change your son's diaper. This will help prevent infection. Signs of infection also signal the need to call your doctor. These signs include a temperature of 100.4°F or higher, redness, swelling and/or a yellowish discharge.
Source: Familydoctor
Deciding whether to have your newborn son circumcised may be difficult. You will need to consider both the benefits and the risks of circumcision. Other factors, such as your culture, religion and personal preference, will also affect your decision.
The information about circumcision in this handout may help you make your decision. After you have read the handout, talk with your son's doctor about any concerns you have. The decision about whether to have your son circumcised should be made before your baby is born.
What is circumcision?
During a circumcision, the foreskin, which is the skin that covers the tip of the penis, is removed. Circumcision is usually performed on the first or second day after birth. It becomes more complicated and riskier in infants older than 2 months and in boys and men. The procedure takes only about 5 to 10 minutes. A local anesthetic (numbing medicine) can be given to your baby to lessen the pain from the procedure.
Are there any benefits from circumcision?
Studies about the benefits of circumcision have provided conflicting results. Some studies show certain benefits, while other studies do not. The American Academy of Pediatrics (AAP) says the benefits of circumcision are not significant enough to recommend circumcision as a routine procedure and that circumcision is not medically necessary. The American Academy of Family Physicians believes parents should discuss with their son's doctor the potential benefits and the risks involved when making their decision.
Circumcision does offer some benefit in preventing urinary tract infections in infants. Circumcision also offers some benefit in preventing penile cancer in adult men. However, this disease is very rare in all men, whether or not they have been circumcised. Circumcision may reduce the risk of sexually transmitted diseases. A man's sexual practices (e.g., if he uses condoms, if he has more than one partner, etc.) has more to do with STI (sexually transmitted infection) prevention than whether or not he is circumcised.
Study results are mixed about whether circumcision may help reduce the risk of cervical cancer in female sex partners, and whether it helps prevent certain problems with the penis, such as infections and unwanted swelling. Some studies show that keeping the penis clean can help prevent these problems just as well as circumcision. Infections and unwanted swelling are not serious and can usually be easily treated if they do occur.
What are the risks of circumcision?
Like any surgical procedure, circumcision has some risks. However, the rate of problems after circumcision is low. Bleeding and infection in the circumcised area are the most common problems. Sometimes the skin of the newly exposed glans becomes irritated by the pressure of diapers and ammonia in the urine. The irritation is usually treated with petroleum ointment (Vaseline) put directly on the area. This problem will usually lessen after a few days.
How do I care for my baby's penis after a circumcision?
Gently clean the area with water every day and whenever the diaper area becomes soiled. Some swelling of the penis is normal after a circumcision. A clear crust will probably form over the area. It normally takes 7 to 10 days for the penis to heal after a circumcision.
After the circumcision, you may notice a small amount of blood on the baby's diaper. If the bloodstain is larger than the size of a quarter, call your doctor right away. In addition, you should call your doctor if a Plastibell device was used during the circumcision and the device doesn't fall off within 10 to 12 days. If there is a bandage on the penis instead of a Plastibell, the bandage should be changed each time you change your son's diaper. This will help prevent infection. Signs of infection also signal the need to call your doctor. These signs include a temperature of 100.4°F or higher, redness, swelling and/or a yellowish discharge.
Source: Familydoctor
Pengaruh sunat pada hubungan seks
TANYA :
Dok, saya ingin bertanya tentang sunat. Saya bingung dengan proses disunat, bagian kulit mana yang dipotong? Apakah setelah disunat akan dijahit? Saya sendiri tidak disunat dan akan segera menikah. Apakah kondisi tidak disunat pada penis saya akan berpengaruh terhadap hubungan seks nantinya? Thanks sebelumnya, dok....
Agus 24, Jakarta
JAWAB :
Pada tindakan sunat, yang dipotong adalah kulit penutup bagian kepala penis (preputium). Tentu saja setelah dipotong, area itu akan dijahit kembali. Dari sudut kesehatan, ada hal yang harus diperhatikan mengenai preputium, yaitu apakahpreputium dapat dibuka atau ditarik ke belakang atau tidak.
Kalau preputium dapat ditarik ke belakang sehingga bagian kepala penis kelihatan, keadaan ini dianggap sehat karena bagian kepala penis dan bagian dalam preputium dapat dibersihkan.
Sebaliknya, kalau preputium tidak dapat dibuka atau ditarik ke belakang, berarti bagian dalamnya dan bagian kepala penis tidak dapat dibersihkan. Dalam keadaan demikian, akan terjadi penumpukan bahan yang dikeluarkan oleh kelenjar, yang disebut smegma. Akibatnya, mudah terjadi infeksi. Dalam waktu lama, hal tersebut dapat menimbulkan kanker penis. Oleh karena itu, sunat harus dilakukan dalam keadaan demikian.
Namun, tidak ada hal ilmiah yang menunjukkan bahwa sunat atau tidak sunat berpengaruh terhadap fungsi seksual. Jadi, tidak sunat pun tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual.
Sumber: Kompas
Bila si kecil harus segera di sunat
"Lubang penis anak saya kecil sekali sehingga dia selalu menangis kesakitan setiap kali mau kencing. Kata dokter anak saya, dia harus segera disunat. Tapi, saya masih ragu, apa benar disunat merupakan satu-satunya jalan untuk menyembuhkan kelainannya, sementara dia masih kecil. Menurut Anda bagaimana, Dok?" tanya Ibu Tine, yang berkonsultasi untuk mencari pendapat kedua tentang kasus anaknya.
"Sunat memang harus segera dilakukan bila ditemukan kelainan pada organ kelamin anak walaupun si anak masih berusia balita," kata dr Supriadi Handoko, spesialis bedah umum RS Internasional Bintaro.
Sunat bertujuan menjaga agar glans atau kepala penis serta lehernya tetap bersih. "Sunat dikatakan baik dan bersih bila glans penis tidak lagi tertutup preputium, yaitu kulit yang menutupi kepala penis," dr Supriadi menjelaskan.
Kelainan fimosis
Kasus paling banyak yang mengharuskan anak segera disunat adalah kelainan fimosis, keadaan di mana didapatkan konstriksi/penyempitan dari ujung kulit depan (foreskin) penis. Jadi, bukan penisnya yang tidak berlubang, melainkan ada kulit yang menutup kepala penis. Fimosis bisa ditemukan karena faktor kongenital (bawaan sejak lahir) atau bisa juga akibat peradangan berulang pada kulit depan penis. Gejalanya diperlihatkan dengan anak sulit buang air kecil.
Umumnya anak dengan kelainan fimosis sering mengejan saat akan kencing karena air kencing harus melalui saluran yang sempit. Kemudian, bagian belakang kepala penis tampak menggembung karena aliran yang tidak lancar tersebut.
Sunat bertujuan menjaga agar glans atau kepala penis serta lehernya tetap bersih. "Sunat dikatakan baik dan bersih bila glans penis tidak lagi tertutup preputium, yaitu kulit yang menutupi kepala penis," dr Supriadi menjelaskan.
Kelainan fimosis
Kasus paling banyak yang mengharuskan anak segera disunat adalah kelainan fimosis, keadaan di mana didapatkan konstriksi/penyempitan dari ujung kulit depan (foreskin) penis. Jadi, bukan penisnya yang tidak berlubang, melainkan ada kulit yang menutup kepala penis. Fimosis bisa ditemukan karena faktor kongenital (bawaan sejak lahir) atau bisa juga akibat peradangan berulang pada kulit depan penis. Gejalanya diperlihatkan dengan anak sulit buang air kecil.
Umumnya anak dengan kelainan fimosis sering mengejan saat akan kencing karena air kencing harus melalui saluran yang sempit. Kemudian, bagian belakang kepala penis tampak menggembung karena aliran yang tidak lancar tersebut.
Kondisi ini mengakibatkan anak kesakitan luar biasa. Orangtualah yang harus bisa membaca segala gejala yang ditimbulkan, terlebih pada anak balita yang masih sulit mengungkapkan rasa sakit yang sesungguhnya diderita. Terkadang kan terjadi salah paham. Bisa jadi anak sudah memberi tahu, tetapi orangtua tidak mengerti maksudnya. "Bila orangtua tanggap, sejak bayi pun kelainan ini sudah bisa diketahui," kata dr Supriadi.
Langkah terbaik, saat orangtua mencurigai ada sesuatu dengan penis si anak, segera konsultasi dengan dokter. Semakin dini pemeriksaan dilakukan, semakin cepat bisa ditangani ahlinya. Umumnya, untuk mengembalikan fungsi kencing anak, akan dilakukan operasi. "Dampaknya besar sekali lho, bagi perkembangannya. Anak tidak akan kesakitan lagi sehingga ia bisa bermain-main seperti yang lain," katanya.
Bisa infeksi
Bila tidak segera ditangani, fimosis dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing, balanitis (infeksi pada glans penis), atau balanoposthitis (infeksi pada glans penis serta preputium). Gejala yang tampak pada balanitis, lanjutnya, yaitu glans penis tampak membengkak dan meradang, jika kencing disertai rasa sakit.
Langkah terbaik, saat orangtua mencurigai ada sesuatu dengan penis si anak, segera konsultasi dengan dokter. Semakin dini pemeriksaan dilakukan, semakin cepat bisa ditangani ahlinya. Umumnya, untuk mengembalikan fungsi kencing anak, akan dilakukan operasi. "Dampaknya besar sekali lho, bagi perkembangannya. Anak tidak akan kesakitan lagi sehingga ia bisa bermain-main seperti yang lain," katanya.
Bisa infeksi
Bila tidak segera ditangani, fimosis dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing, balanitis (infeksi pada glans penis), atau balanoposthitis (infeksi pada glans penis serta preputium). Gejala yang tampak pada balanitis, lanjutnya, yaitu glans penis tampak membengkak dan meradang, jika kencing disertai rasa sakit.
Namun, sunat baru bisa dilakukan bila anak dalam keadaan sehat; tidak batuk, pilek, atau demam. Beberapa jam sebelum sunat, anak harus puasa karena akan diberi obat bius. Sebagai prosedur awal, anak menjalani pemeriksaan darah rutin di laboratorium.
Untuk proses sunat, cara paling aman adalah dengan membebaskan perlengketan antara preputium dan glans penis. Selanjutnya, kulit yang berlebih ini dipotong melingkar sejajar dengan dasar dari glans penis. Kemudian, perdarahan dihentikan dan kulit luar serta dalam dilekatkan kembali lewat penjahitan.
Berdasarkan cara yang demikian, di kalangan medis sunat dikenal dengan istilah sirkumsisi. Efek samping sunat, antara lain, perdarahan, infeksi, hematom, atau pembengkakan. Apabila preputium dan glans penis tidak dibebaskan terlebih dulu dari perlengketan, maka glans penis dapat ikut terpotong. Untuk mengurangi nyeri, sunat dilakukan dengan pembiusan. Ada dua cara pembiusan, bius lokal dan total.
Pada bius lokal, anak merasakan sakit sekitar 1 jam setelah suntikan diberikan; efek obat bius tersebut hilang. Sedangkan bius total anak akan merasakan sakit setelah dia tersadar. "Biasanya dokter sudah mengantisipasi dengan memberikan obat antisakit lewat dubur sebelum dia tersadar," ujar dr Supriadi.
Berdasarkan cara yang demikian, di kalangan medis sunat dikenal dengan istilah sirkumsisi. Efek samping sunat, antara lain, perdarahan, infeksi, hematom, atau pembengkakan. Apabila preputium dan glans penis tidak dibebaskan terlebih dulu dari perlengketan, maka glans penis dapat ikut terpotong. Untuk mengurangi nyeri, sunat dilakukan dengan pembiusan. Ada dua cara pembiusan, bius lokal dan total.
Pada bius lokal, anak merasakan sakit sekitar 1 jam setelah suntikan diberikan; efek obat bius tersebut hilang. Sedangkan bius total anak akan merasakan sakit setelah dia tersadar. "Biasanya dokter sudah mengantisipasi dengan memberikan obat antisakit lewat dubur sebelum dia tersadar," ujar dr Supriadi.
Pada keadaan normal, proses penyembuhan sunat berlangsung 5-7 hari. Malah ada juga yang baru tiga hari sudah kering. Hal ini bisa terjadi asalkan perawatan sesudah sunat benar-benar dilakukan. Orangtua, misalnya, benar-benar menjaga agar luka si anak makin lama makin kering, jangan malah basah kembali, agar terhindar dari infeksi.
Nah, untuk menjaga supaya tidak timbul infeksi setelah sunat, daerah jahitan dibalut dengan kasa steril yang dibubuhi antiseptik. Bila balutan sedikit kena air kencing, biasanya tidak apa-apa. Sesudah anak kencing, kepala penis dapat dibersihkan pelan-pelan dan hati-hati dengan kasa basah. Selama perawatan dilakukan dengan benar, tak lama lagi Anda akan segera melihatnya bermain-main kembali bersama teman-temannya.
Nah, untuk menjaga supaya tidak timbul infeksi setelah sunat, daerah jahitan dibalut dengan kasa steril yang dibubuhi antiseptik. Bila balutan sedikit kena air kencing, biasanya tidak apa-apa. Sesudah anak kencing, kepala penis dapat dibersihkan pelan-pelan dan hati-hati dengan kasa basah. Selama perawatan dilakukan dengan benar, tak lama lagi Anda akan segera melihatnya bermain-main kembali bersama teman-temannya.
Akan tetapi, perlu diingat, sunat sama sekali tidak memengaruhi alat reproduksi anak kelak. Sebab, alat reproduksi dan penis mempunyai fungsi berbeda. Jadi, salah besar kalau ada mitos yang menyebutkan sunat terlalu dini akan mengganggu fungsi reproduksi.
Sumber: Kompas
Apakah Khitan?
Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan daripenis. Frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosedur yang dinamakan frenektomi. Kata sirkumsisi berasal dari bahasa Latincircum (berarti "memutar") dan caedere (berarti "memotong").
Sunat telah dilakukan sejak zaman prasejarah, diamati dari gambar-gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba. Alasan tindakan ini masih belum jelas pada masa itu tetapi teori-teori memperkirakan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari ritual pengorbanan atau persembahan, tanda penyerahan pada Yang Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan, atau upaya untuk mengubah estetika atau seksualitas. Sunat pada laki-laki diwajibkan pada agama Islam dan Yahudi. Praktik ini juga terdapat di kalangan mayoritas pendudukKorea Selatan, Amerika, dan Filipina
Sunat pada bayi telah didiskusikan pada beberapa dekade terakhir. American Medical Association atau Asoiasi Dokter Amerika menyatakan bahwa perhimpunan kesehatan di Amerika Serikat, Australia, Kanada, serta negara-negara di Eropa sangat tidak merekomendasikan sunat pada bayi laki-laki.
Menurut literatur AMA tahun 1999, orang tua di AS memilih untuk melakukan sunat pada anaknya terutama disebabkan alasan sosial atau budaya dibandingkan karena alasan kesehatan. Akan tetapi, survey tahun 2001 menunjukkan bahwa 23,5% orang tua melakukannya dengan alasan kesehatan.
Para pendukung integritas genital mengecam semua tindakan sunat pada bayi karena menurut mereka itu adalah bentuk mutilasi genital pria yang dapat disamakan dengan sunat pada wanita yang dilarang di AS.
Beberapa ahli berargumen bahwa sunat bermanfaat bagi kesehatan, namun hal ini hanya berlaku jika pasien terbukti secara klinis mengidap penyakit yang berhubungan dengan kelamin. Beberapa penyakit yang kemungkinan besar memerlukan sunat untuk mempercepat penyembuhan seperti pendarahan dan kanker penis, namun, kedua hal ini jarang terjadi.Penyakit fimosis juga bisa diatasi dengan sunat, walaupun sekarang juga telah berkembang tekhnik yang lainnya.
Sumber: Wikipedia
Sumber: Wikipedia
Subscribe to:
Posts (Atom)